This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 24 Mei 2019

Mantra dan Doa





kulangitkan sejuta doa dan pengampunan
di atas hamparan sajadah
lusuh tak terjamah

langitkan, langitkan, langitkan, katamu
biar jingga yang malu-malu di kaki senja
- pindah ke matamu

aku seperti mengigau, mengucap berpuluh-puluh doa
atau mungkin membaca mantra
atau menyebut deretan nama
yang pernah meruang di rongga dada

aku, sepotong puja mantra yang selalu menyebutmu dalam doa

__
 
15:45
2019 05 23
Heru Sang Mahadewa

#RWCODOP2019
#Day18
#OneDayOnePost

CATATAN TERAKHIR SEORANG PEMIMPI


id.aliexpress


Aku ceritakan kisah kematian ini. Akhir dari perjalanan menapaki jalan Tuhan. Jalan menuju lembah yang ditumbuhi pohon-pohon keabadian. Lembah berkumpulnya ratusan kupu-kupu, kumbang, dan kembang aneka rupa. Lembah yang dipenuhi ribuan kunang-kunang yang terbang berkejar-kejaran jika malam menjelang. Besok, jika aku telah sampai di lembah ini, tak perlu kalian kafani jasadku. Atau kalian taburi mawar duka di atas pusara. Kafanku adalah lumuran darah perjuangan. Bungaku adalah guguran daun Kamboja di pekuburan tua.  

Aku ceritakan kisah kematian ini. Sebaik-baik perjalanan manusia adalah mati sebagai pengantin surga. Dijemput empat puluh bidadari, menuju muara tujuh sungai madu yang mengalir sepanjang waktu.

Kukembalikan diari itu ke dalam laci, di bawah tumpukan buku-buku doktrin jihad sesat. Dari kubah surau dekat rumah duka, suara tadarus menjadi bingkai malam nuzulul qur’an. Mendadak melintas sebuah pertanyaan menyesakkan, apakah catatan terakhir yang ia tulis sehari sebelum bom itu meledak, akan kusampaikan kepada anak istrinya?

Heru Sang Mahadewa

#RWCODOP2019
#Day17
#OneDayOnePost

Rabu, 22 Mei 2019

aku menulis sajak di bawah lampu senja yang berpendar dari gedung bawaslu sebelum pada tengah malam kerusuhan itu kautebar


sumber: newsharianjogja


senja itu warnanya samar
dan sekawanan lalat mengerumuni
seonggok bungkus nasi di sudut trotoar

kau masih menebar kedamaian
ketika di bawah keindahan
pendar lampu-lampu di ujung senja
kita langitkan doa buka bersama

lalu tiba-tiba segala berubah
manakala segerombolan lalat datang dari entah
membuka kenangan luka di kota yang sama

kau tertawa lebar
melihat empat belas mobil dibakar

kau berjingkrak
di-kudang sajak

dan aku,
sebait puisi yang pernah dipaksa bungkam
sebelum mei tanggal dua puluh satu
pada dua puluh satu tahun silam

aku, sehimpun abjad-abjad yang akan setia mengingatnya

__

2019 05 22
Heru Sang Mahadewa

#RWCODOP2019
#Day16
#OneDayOnePost

Minggu, 07 April 2019

Kisah Tentang Cincin Kawin(ku) Yang Hilang di Jalan Terjal Pernikahan Usia Muda (1)

sumber: wallhere


Kampung itu berada jauh di sebelah utara pusat kota. Terhampar pada sebuah lembah yang luas dan panjang, di bawah gugusan Gunung Kendeng dan Pandan. Aliran sungai yang konon sudah ada sejak masa purba meliuk-liuk membelahnya, terbentang jauh hingga akhirnya jatuh bermuara di Kali Brantas.

Aku ingat tempat-tempat yang menjadi kegemaran pohon glagah bermusim di tepi sungai itu. Aku ingat kapan ratusan ekor ikan-ikan akan bermunculan pada musim penghujan—seperti apa bentuk dan warnanya—bagaimana kesibukan orang-orang kampung di musim yang sama. Bahkan kenangan tentang tempat aku mencuri ketela dan jagung karena kelaparan setelah bermain perang-perangan, masih begitu utuh.

Aku ingat dua gunung nun jauh di sebelah timur, Anjasmara dan Arjuna adalah gunung-gunung yang hanya bisa dilihat ketika langit di atas kampung tidak tertutup mendung. Gunung yang menurut cerita orang-orang tua adalah tempat Begawan Ciptaning bersamadi selama empat puluh hari sebelum mengalahkan raksasa bernama Ditya Kala.

Gunung Wilis menjulang di langit selatan, menyerupai raksasa tua yang konon menjadi pelindung bagi tanah moyang kami dari amukan badai laut dari samudera raya di penjuru tenggara.

Dari tempat-tempat di kampung itulah, lima belas tahun setelah keluar dari gua garba ibuku, kisah ini bermula.

***

Suatu pagi di penghujung bulan Juli.
Detak jantungku terasa acak-acakan, kian lama kian tidak beraturan. Adrenalin dipaksa meninggi semakin kencang. Gadis di pojok bangku angkot itulah penyebabnya. Sama-sama baru menjadi anak berseragam putih abu-abu, dan selalu bersama menunggu angkot.

Hampir setiap pagi, dengan seksama aku bisa mencuri lekuk demi lekuk wajahnya. Dari bangku seberang yang sengaja kupilih agak menjauh dari tempat duduknya, agar tak sedikitpun dia curiga akan fokus perhatianku. Kulit bersih, wajah cantik, perawakan lencir, dan lembut tutur katanya. Lengkaplah apapun yang diidamkan setiap lelaki ada padanya.

Mata kami beradu, saling bertatap sesaat. Sunggingan dari bibirnya yang nyigar jambe membuat aliran darah berhenti seketika. Aku tertunduk, lalu berpura-pura mengalihkan pandangan ke penumpang angkot yang lain tanpa membalas senyumnya.

Ah, aku seperti seorang maling yang kepergok massa. Kejadian yang sungguh memerahkan muka.

***

"Kamu berani memintaku dari ibu?” tanya perempuan lencir itu.

“Kenapa harus takut?!”

Aku balik menantangnya.

Pipi gadis itu nampak merona. Serta merta, dia tak lagi melanjutkan pertanyaannya. Hanya menyunggingkan senyum tersipu. Senyum yang semakin menguatkan keberanianku untuk menyuntingnya.

Tiga bulan setelahnya, aku mengikrarkan akad nikah di hadapan Penghulu dan Walinya. Hanya disaksikan orang tua dan keluarga dekat.

Tak ada pesta pernikahan, tak ada pula janur kuning dan kemegahan baju pengantin. Kami memang berasal dari keluarga dengan strata ekonomi rendah. Hanya ada komitmen di antara kami berdua untuk tetap bersama, meski kelak, raga sudah dimakan renta, dan ingatan telah digerogoti lupa.

(Bersambung)

Heru Sang Amurwabhumi

Jumat, 22 Maret 2019

SRI ISANA WIKRAMADHARMOTTUNGGADEWA






Aji Pamalayu!
menjangan bidikanku
kaukirim bala seratus ribu
kusambut dua ratus ribu

jumawamu menjelma Bathara Syiwa
pada segumpal getihku di dada

Aji Pamalayu!
Medang Kamulan meradang
menagih takhta yang kauhutang
di sini, tanah Gejag, Anjuk Ladang

Aji Pamalayu!
kubangun Jaya Stambha
mengabadikan lampusmu  di Jawadwipa
oleh tangan putra Dyah Wawa
.
..
15:10
2019 01 22
Jenggala

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *